LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PENYAKIT ADDISON
1. Definisi
- Penyakit Addison adalah suatu
kelainan endokrin atau hormon yang terjadi pada semua kelompok umur dan menimpa
pria – pria dan wanita – wanita sama rata. Penyakit di karakteristikan oleh
kehilangan berat badan, kelemahan otot, kelelahan, tekanan darah rendah dan
adakalanya penggelapan kulit pada kedua – duanya yaitu bagian – bagian tubuh
yang terbuka dan tidak terbuka.
- Penyakit Addison adalah penyakit
yang terjadi akibat fungsi korteks tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan
pasien akan hormon – hormon korteks adrenal.
- Penyakit Addison adalah lesi
kelenjar primer karena penyakit destruktif atau atrofik, biasanya auto imun
atau tuberkulosa.
- Penyakit Addison adalah terjadi
bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan
kebutuhan hormon – hormon korteks adrenal.
- Penyakit Addison adalah kekurangan
partikal ssekresi hormon korteks adrenal. Keadaan seperti ini terlihat pada
hipoado tironisme yang hanya mengenal zona glomeruluna dan sakresi aldosteron
pada sindrom adrenogenetal dimana gangguan enzim menghambat sekresi steoid (Patofisiologi
Edisi 2 Hal 296)
2. Etiologi
a. Tuberculosis
b. Histo plasmosis
c. Koksidiodomikosisd
d. Kriptokokissie
e. Pengangkatan kedua kelenjar
adrenal
f. Kanker metastatik (Ca. Paru,
Lambung, Payudara, Melanoma, Limfoma)
g. Adrenalitis auto imun
3. Manifestasi Klinik
a. Gejala awal : kelemahan, fatique,
anoreksia, hausea, muntah, BB menurun, hipotensi, dan hipoglikemi.
b. Astenia (gejala cardinal) :
pasien kelemahan yang berlebih
c. Hiperpiqmentasi : menghitam
seperti perunggu, coklat seperti terkena sinar matahari, biasanya pada kulit
buku jari, lutut, siku
d. Rambut pubis dan aksilaris
berkurang pada perempuan
e. Hipotensi arterial (td : 80/50
mmHg/kurang)
f. Abnormalitas fungsi
gastrointestinal
4. Komplikasi
a. Syok, (akibat dari infeksi akut
atau penurunan asupan garam)
b. Kolaps sirkulasi
c. Dehidrasi
d. Hiperkalemiae
e. Sepsis
f. Ca. Paru
g. Diabetes melitus
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Penurunan konsentrasi glukosa dan
natrium (hipoglikemia dan hiponatrium)
- Peningkatan konsentrasi kalium
serum (hiperkalemia)
- Peningkatan jumlah sel darah putih
(leukositosis)
- Penurunan kadar kortisol serum
- Kadar kortisol plasma rendah
b. Pemeriksaan radiografi abdominal
menunjukan adanya klasifikasi diadrenal
c. CT Scan
Detektor klasifikasi adrenal dan
pembesaran yang sensitive hubungannya dengan insufisiensi pada tuberculosis,
infeksi, jamur, penyakit infiltrasi malignan dan non malignan dan hemoragik
adrenal
d. Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS vertical
dan gelombang ST non spesifik abnormal sekunder akibat adanya abnormalitas
elektrolik
e. Tes stimulating ACTH
Cortisol adarah dan urin diukur
sebelum dan setelah suatu bentuk sintetik dari ACTH diberikan dengan suntikan.
Pada tes ACTH yang disebut pendek cepat. Penyukuran cortisol dalam darah di
ulang 30 sampai 60 menit setelah suatu suntikan ACTH adalah suatu kenaikan
tingkatan – tingkatan cortisol dalam darah dan urin.
f. Tes Stimulating CRH
Ketika respon pada tes pendek ACTH
adalah abnormal, suatu tes stimulasi CRH “Panjang” diperlukan untuk menentukan
penyebab dari ketidak cukupan adrenal. Pada tes ini, CRH sintetik di suntikkan
secara intravena dan cortisol darah diukur sebelum dan 30, 60 ,90 dan 120 menit
setelah suntikan. Pasien – pasien dengan ketidak cukupan adrenal seunder memp.
Respon kekurangan cortisol namun tidak hadir / penundaan respon – respon ACTH.
Ketidakhadiran respon – respon ACTH menunjuk pada pituitary sebagai penyebab ;
suatu penundaan respon ACTH menunjukan pada hypothalamus sebagai penyebab.
6. Penatalaksanaan
a. Medik
1) Terapi dengan pemberian
kortikostiroid setiap hari selama 2 sampai 4 minggu dosis 12,5 – 50 mg/hr
2) Hidrkortison (solu – cortef)
disuntikan secara IV
3) Prednison (7,5 mg/hr) dalam dosis
terbagi diberikan untuk terapi pengganti kortisol
4) Pemberian infus dekstrose 5%
dalam larutan saline
5) Fludrukortison : 0,05 – 0,1 mg/hr
diberikan per oral
b. Keperawatan
1) Pengukuran TTV
2) Memberikan rasa nyaman dengan
mengatur / menyediakan waktu istirahat pasien
3) Meniempatkan pasien dalam posisi
setengah duduk dengan kedua tungkai ditinggikan
4) Memberikan suplemen makanan
dengan penambahan garam
5) Fallow up : mempertahankan berat
badan, tekanan darah dan elektrolit yang normal disertai regresi gambaran
klinis
6) Memantau kondisi pasien untuk
mendeteksi tanda dan gejala yang menunjukan adanya krisis Addison.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan b/d kekurangan
natrium dan kehilangan cairan melalui ginjal, kelenjar keringat, saluran GIT (
karena kekurangan aldosteron)
2. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan b/d intake tidak adekuat (mual, muntah, anoreksia) defisiensi
glukontikord
3. Intoleransi aktivitas b/d
penurunan produksi metabolisme, ketidakseimbangan cairan elektrolit dan glukosa
4. Gangguan harga diri b/d perubahan
dalam kemampuan fungsi, perubahan karakteristik tubuh
5. Anxietas b/d kurangnya
pengetahuan
6. Defisit perawatan diri b/d
kelamahan otot
7. Gx eliminasi uri b/d Gx
reabsorbsi pada tubulus
III. RENCANA KEPERAWATAN
a. Kekurangan volume cairan b/d
ketidakseimbangan input dan output
Tujuan japen : kebutuhan cairan
terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ± 4 jam
Tujuan japan : klien dapat
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ± 7 jam
Kriteria hasil : - Pengeluaran urin
adekuat (1 cc/kg BB/jam)
- TTV dbn N : 80 – 100 x/menit S :
36 – 37 oC TD : 120/80 mmHg
- Tekanan nadi perifer jelas kurang
dari 3 detik
- Turgor kulit elastis
- Pengisian kapiler naik kurang dari
3 detik
- Membran mukosa lembab
- Warna kulit tidak pucat
- Rasa haus tidak ada
- BB ideal (TB 100) – 10% (TB – 100)
– H
- Hasil lab
Ht : W = 37 – 47 %
L = 42 – 52 %
Ureum = 15 – 40 mg/dl
Natrium = 135 – 145 mEq/L
Calium = 3,3 – 5,0 mEq/L
Kretanium = 0,6 – 1,2 mg/dl
Intervensi
1) Pantau TTV, catat perubahan
tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan dari nadi perifer
R/ Hipotensi pastoral merupakan bagian
dari hiporolemia akibat kekurangan hormon aldosteron dan penurunan curah
jantung sebagai akibat dari penurunan kolesterol
2) Ukur dan timbang BB klien
R/ Memberikan pikiran kebutuhan akan
pengganti volume cairan dan keefektifan pengobatan, peningkatan BB yang cepat
disebabkan oleh adanya retensi cairan dan natrium yang berhubungan dengan
pengobatan strois
3) Kaji pasien mengenai rasa haus,
kelelahan, nadi cepat, pengisian kapiler memanjang, turgor kulit jelek, membran
mukosa kering, catat warna kulit dan temperaturnya
R/ mengidentifikasi adanya
hipotermia dan mempengaruhi kebutuhan volume pengganti
4) Periksa adanya status mental dan
sensori
R/ dihidrasi berat menurunkan curah
jantung, berat dan perfusi jaringan terutama jaringan otak
5) Ouskultasi bising usus (
peristaltik khusus) catat dan laporan adanya mual muntah dan diare
R/ kerusakan fungsi saluran cerna
dapat meningkatkan kehilangan cairan dan elektrolit dan mempengaruhi cara untuk
pemberian cairan dan nutrisi
6) Berikan perawatan mulut secara
teratur
R/ membantu menurunkan rasa tidak
nyaman akibat dari dehidrasi dan mempertahankan kerusakan membrane mukosa
7) Berikan cairan oral diatas 300
cc/hr sesegera mungkin, sesuai dengan kemampuan kx
R/ adanya perbaikan pada saluran
cerna dan kembalinya fungsi cairan cerna tersebut memungkinkan cairan dana
elektrolit melalui oral
Kolaborasi
8) Berikan cairan, antara lain :
a) Cairan Na Cl 0,9 %
R/ mungkin kebutuhan cairan
pengganti 4 – 6 liter, dengan pemberian cairan Na Cl 0,9 % melalui IV 500 –
1000 ml/jam, dapat mengatasi kekurangan natrium yang sudah terjadi
b) Larutan glukosa
R/ dapat menghilangkan hipovolemia
9) Berikan obat sesuai dosis
a) Kartison (ortone) / hidrokartison
(cortef) 100 mg intravena setiap 6 jam untuk 24 jam
R/ dapat mengganti kekurangan
kartison dalam tubuh dan meningkatkan reabsorbsi natrium sehingga dapat
menurunkan kehilangan cairan dan mempertahankan curah jantung
b) Mineral kartikoid, flu
dokortisan, deoksikortis 25 – 30 mg/hr peroral
R/ di mulai setelah pemberian dosis
hidrokortisol yang tinggi yang telah mengakbatkan retensi garam berlebihan yang
mengakibatkan gangguan tekanan darah dan gangguan elektrolit
10) Pasang / pertahankan kateter
urin dan selang NGT sesuai indikasi
R/ dapat menfasilitasi pengukuran
haluaran dengan akurat baik urin maupun lambung, berikan dekompresi lambung dan
membatasi muntah
11) Pantau hasil laborat
a) Hematokrit ( Ht)
R/ peningkatan kadar Ht darah
merupakan indikasi terjadinya hemokonsentrasi yang akan kembali normal sesuai
dengan terjadinya dehidrasi pada tubuh
b) Ureum / kreatin
R/ peningkatan kadar ureum dan
kreatinin darah merupakan indikasi terjadinya kerusakan tingkat sel karena
dehidrasi / tanda serangan gagal jantung
c) Natrium
R/ hiponatremia merupakan indikasi
kehilangan melalui urin yang berlebihan katena gangguan reabsorbsi pada tubulus
ginjal
d) Kalium
R/ penurunan kadar aldusteron
mengakibatkan penurunan natrium dan air sementara itu kalium tertahan sehingga
dapat menyebabkan hiperkalemia
b. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan b/d intake tidak adekuat (mual, muntah, anoreksia) defisiensi
glukortikoid
Tujuan Japan : klien dapat
mempertahankan asupan nutrisi dan mengidentifikasi tanda – tanda perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan setelah dilakukan intervensi selama ± 3 x 24 jam
Tujuan Japen : kebutuhan nutrisi
klien kembali adekuat setelah dilakukan tindakan intervensi japen selama ± 1 x
24 jam
Kriteria hasil :
- Tidak ada mual mutah
- BB ideal (TB-100)-10%(TB-100)
- Hb : W : 12 – 14 gr/dl
L : 13 – 16 gr/dl
Ht : W : 37 – 47 %
L : 42 – 52 %
Albumin : 3,5 – 4,7 g/dl
Glebulin : 2,4 – 3,7 g/dl
Bising Usus : 5 – 12 x/menit
|
- Nyeri kepala
- Kesadaran kompos mentis
- TTV dalam batas normal
(S : 36 – 372 oC)
(RR : 16 – 20 x/menit)
-
|
Intervensi
1) Auskultasi bising usus dan kaji
apakah ada nyeri perut, mual muntah
R/ Kekurangan kartisol dapat me
nyebabkan fejala intestinal berat yang mempengaruhi pencernaan dan absorpsi
makanan
2) Catat adanya kulit yang dingin /
basah, perubahan tingkat kesadaran, nagi yang cepat, nyeri kepala, sempoyongan
R/ Gejala hipoglikemia dengan
timbulnya tanda tersebut mungkin perlu pemberian glukosa dan mengindikasikan
pemberian tambahan glukokortikad
3) Pantau pemasukan makanan dan
timbang BB tiap hati
R/ anoreksi, kelemahan, dan
kehilangan pengaturan metbolisme oleh kartisol terhadap makanan dapat
mengakibatkan penurunan berat badan dan terjadinya mal nutrisi
4) Berikan atau bantu perawatan
mulut
R/ mulut yang bersih dapat
meningkatkan nafsu makan
5) Berikan lingkungan yang nyaman
untuk makan contoh bebas dari bau yang tidak sedap, tidak terlalu ramai
R/ Dapat meningkatkan nafsu makan
dan memperbaiki pemasukan makanan
6) Pertahankan status puasa sesuai
indikasi
R/ mengistirahatkan gastro
interstinal, mengurangi rasa tidak enak
7) Berikan Glukosa intravensi dan
obat – obatan sesuai indikasi seperti glukokortikoid
R/ memperbaiki hipoglikemi, memberi
sumber energi pemberian glukokertikoid akan merangsang glukoogenesis,
menurunkan penggunaan mukosa dan membantu penyimpanan glukosa sebagai glikogen
8) Pantau hasil lab seperti Hb, Hi
R/ anemia dapat terjadi akibat
defisit nutrisi / pengenceran yang terjadi akibat reterisi cairan sehubungan
dengan glukokortikoid.
c. Itoleransi aktivitas b/d
penurunan O2 kejaringan otot kedalam metabolisme, ketidak seimbangan
cairan elektrolit dan glukosa
Tujuan : aktivitas klien kembali
adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil : - menunjukan
peningkatan klien dan partisipasi dalam aktivitas setelah dilakukan tindakan
- TTV N : 80 – 100 x/menit RR : 16 –
20 x/menit TD : 120/80 mmHg
Intervensi
1) Kaji tingkat kelemahan klien dan
identifikasi aktivitas yang dapat dilakukan oleh klien
R/ pasien biasanya telah mengalami
penurunan tenaga kelemahan otot, menjadi terus memburuk setiap hari karena
proses penyakit dan munculnya ketidakseimbangan natrium kalium
2) Pantau TTV sebelum dan sesudah
melakukan aktivitas
R/ kolapsnya sirkulasi dapat terjadi
sebagai dari stress, aktivitas jika curah jantung berkurang
3) Sarana pasien untuk menentukan
masa atau periode antara istirahat dan melakukan aktivitas
R/ mengurangi kelelahan dan menjaga
ketenangan pada jantung
4) Diskusikan cara untuk menghemat
tenaga misal : duduk lebih baik dari pada berdiri selama melakukan aktivitas
R/ pasien akan dapat melakukan
aktivitas yang lebih banyak dengan mengurangi pengeluaran tenaga pada setiap
kegiatan yang dilakukan
d. Gangguan harga diri b/d
perubahan dalam kemampuan fungsi, perubahan karakteristik tubuh
Tujuan Japan : Individu dapat
mengontrol dan mengidentifikasi tanda – tanda Gx harga diri
Tujuan japen : Harga diri klien
kembali positif setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil : - Menunjukan
kemampuan beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada tubuhnya
- Dapat beradaptasi dengan orang lain
- Dapat mengungkapkan perasaannya
tentang dirinya.
Intervensi
1) Dorongan pasien untuk
mengungkapkan perasaan tentang keadaannya misal : perubahan penampilan dan
peran
R/ Membantu mengevaluasi berapa
banyak masalah yang dapat diubah oleh pasien
2) Sarankan pasien untuk melakukan
manajemen stress misal :
- Teknik relaksasi
- Visualisasi
- Imaginasi
R/ Meminimalkan perasaan stress,
frustasi, meningkatkan kemampuan koping.
3) Dorongan pasien untuk membuat
pilihan guna berpartisipasi dalam penampilan diri sendiri
R/ dapat membantu meningkatkan
kepercayaan diri, memperbaiki harga diri
4) Fokus pada perbaikan yang sedang
terjadi dan pengobatan misal menurunkan pigmentasi kulit
R/ ungkapkan seperti ini dapat
mengangkat semangat pasien dan meningkatkan harga diri pasien
5) Sarankan pasien untuk mengunjungi
seseorang yang penyakitnya telah terkontrol dan gejalanya telah berkurang
R/ dapat menolong pasien untuk
melihat hasil dari pengobatan yang telah dilakukan
6) Kolaborasi
Rujuk kepelayanan sosial konseling, dan
kelompok pendukung sesuai pendukubg
R/ pendekatan secara koprehensif
dapat membantu memnuhi kebutuhan pasien untuk memelihara tingkah laku pasien.
e. Nyeri akut b/d diskontinuitas sistem konduksi spasme
otot abdomen
Tujuan Japan : Individu mampu mengidentifikasi
tanda – tanda munculnya nyeri setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam
Tujuan japen : Nyeri berkurang
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ± 2 jam
Kriteria hasil : - Kx mengatakan
nyeri berkurang
- Kx tidak menyeringai kesakitan
- TTV dalam batas normal
S : 36 – 372 oC
N : 80 – 100 x/menit
RR: 16 – 20 x/menit
Intervensi
1) Beri penjelasan pada klien
tentang penyebab nyeri dan proses penyakit
R/ Meningkatkan pengetahuan klien
dan keluarga, serta agar klien lebih kooperatif terhadap tindakan yang akan
dilakukan
2) Kaji tanda – tanda adanya nyeri
baik verbal maupun non verbal, catat lokasi, intensitas (skala 0 – 10) dan
lamanya
R/ Bermanfaat dalam mengevaluasi
nyeri, menentukan pilihan intervensi, menentukan efektifitas terapi
3) Anjurkan pasien untuk menggunakan
teknik relaksasi, seperti imajinasi, misal musik yang lembut, relaksasi
R/ Membantu untuk menfokuskan
kembali perhatian dan membantu pasien untuk mengatasi nyeri / rasa tidak nyaman
secara lebih efektif
4) Kolaborasi
Berikan obat analgetik dan atau
analgetik sprei tenggorok sesuai dengan kebutuhannya.
R/ menurunkan nyeri dan rasa tidak
nyaman, meningkatkan istirahat.
f. Cemas b/d kurangnya
pengetahuan
Tujuan Japan : Klien mampu menerima
kondisinya dan menyatakan bahwa Kx tidak cemas lagi.
Kriteria hasil : - Pasien akan
menyatakan pemahaman, kebutuhan untuk mengatasi kurangnya percaya diri
- Px akan menunjukan pemahaman
program medis dan gejala untuk dilaporkan ke dokter
- Pasien akan menunjukan perubahan
poal hidup / perilaku untuk menurunkan terjadinya masalah
Intervensi
1) Bantu Px dalam membuat metode
untuk menhindari atau mengubah episode stres, diskusi teknik relaksasi
R/ Penurunan stress dapat membatasi
pengeluaran katekolamin oleh sistem saraf simatis, sehingga membatasi /
mencegah respon vasokonstriksi
2) Diskusikan tujuan, dosis, efek
samping obat
R/ Informasi perlu bagi pasien untuk
mengikuti program terapi dan mengevaluasi keefektifan
3) Kaji skala anxietas
R/ Mengetahui derajad kecemasan Kx
4) Sarankan Px tetap menetapkan
secara aktif, jadwal yang teratur dalam makan, tidur dan latihan
R/ Membantu meningkatkan perasaan
menyenangkan sehat, dan untuk emmahami bahwa aktivitas fisik yag tidak teratur
dapat meningkatkan kebutuhan hormon
5) Diskusikan perasaan pasien yang
berhubungan dengan pemakaian obat untuk sepanjang kehidupan Px.
R/ Dengan mendiskusikan fakta –
fakta tersebut dapat membantu Px untuk memasukkan perubahan perilaku yang perlu
ke dalam gaya hidup
6) Kolaborasi dengan dokter tentang
pemberian anti depresan, diazepam
g. Gangguan eliminasi uri b/d Gx
reabsorbsi
Tujuan Japan : eliminasi Kx adekuat
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
Tujuan Japen : Elliminasi Kx adekuat
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 jam
Kriteria hasil : - Kx tidak lagi
mengeluh Bak sedikit / kencing tidak lancar
Intervensi
1) Anjurkan pada Kx agar diet tinggi
garam
R/ menambah retensi Na+
2) Anjurkan pada kx untuk minum
banyak
R/ melancarkan aliran kencing lancar
3) Pemasangan kateter
R/ Agar kx dapat BAK dengan lancar
4) Obs. Input dan output
R/ Mengetahui keseimbangan cairan
5) Kolaborasi pemberian diuretik
R/ meningkatkan kerja ginjal untuk
melancarkan BAK
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta : ECG
Http://wwww.total kesehatan nanca.com/Addison4.html
Price, Sylvia. 2005. patofisiologi. Edisi 6. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar