A. Konsep Dasar
1. Pengertian
a.
Gastritis
adalah inflamasi dari mukosa lambung (Brunner dan Sudarth, 2001)
b. Gastritis adalah inflamasi
(pembengkakan) dari mukosa lambung termasuk gastritis erosiva yang disebabkan
oleh iritasi, refluks cairan kandung empedu dan pankreas haemorraphic
gastritis, infectionus gastrititis dan atrafi mukosa lambung. (www.google.2007)
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
grastitis adalah suatu peradangan dan mukosa lambung baik akut atau kronik yang
menimbulkan gejala rasa sakit atau tidak enak didaerah epigastrium.
Gastritis dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Gastritis akut
Merupakan
kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala yang khas,
biasanya ditemukan sel inflamasi akut atau neotrofil.
2. Gastritis kronik
Penyebabnya
tidak jelas, sering bersfat multifaktur dengan perjalanan klinik yang
bervariasi. Kelainan ini berkaitan erat dengan H. Pylori.
2. Etiologi
a.
Gastritis
akut disebabkan oleh:
1. Obat-obatan, aspirin, obat anti
inflamasi non steroid (AINS)
2. Alkohol
3. Gangguan Mikosirkulasi mukosa lambung: trauma, luka bakar, sepsis.
Secara mikroskopik terdapat lesi mukosa dengan lokasi yang berbeda. Jika
ditemukan pada korpus dan fundus, biasanya disebabkan stress. Jika disebabkan
oleh obat-obatan AINS terutama ditemukan didaerah antrum, namun dapat juga
menyeluruh sedangkan secara mikroskopik terdapat erosi dengan regenerasi epitel
dan ditemukan reaksi sel inflamasi neutrofil yang minimal.
Ulkus benigna atau maligna
atau oleh bakteri helycobacterpylory (H. Pylory).
3. Patofisiologi
a.
Gastitis
Akut
Membran mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik (kongesti
dengan jaringan, cairan dan darah) dan mengalami erosi superfisial bagian ini
mensekresi sejumlah getah lambung, yang
sangat sedikit asam tetapi banyak mucus. Ulserasi superfisial dapat terjadi dan
dapat menimbulkan hemoragi. Mukosa lambung memperbaiki diri sendiri setelah mengalami gastritis, kadang hemoragi
memerlukan intervensi bedah.
b. Gastritis Kronis
Dapat diklisifikasikan sebagai tipe A atau tipe B. Tipe A
(sering disebut sebagai gastritis autoinum) diakibatkan dari perubahan sel
parietal yang menimbukan atrofi dan infiltrasi seluler, hal ini jika
dibandingkan dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi
pada fundus atau korpus dari lambung . Tipe B (kadan disebut sebagai gastritis
H Pylory ) mempengarui antrum dan pylorus (ujung bawah lambung dekat duodenum)
ini dihubungkan dengan bakteri H. Pylory. Faktor diet, seperti minum panas atau
pedas, penggunaan obat-obatan, alkohol, merokok atau refluk isi usus ke dalam
lambung.
4. Pathway
5. Tanda dan gejala
a.
Gastritis
Akut
Memiliki
tanda dan gejala:
Merasa
tidak nyaman, syndrome dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, mentah,
kembung, merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemuka pula
pendarahan saluran cerna hematemesis dan melena. Kemudian disusul dengan
tanda-tanda anemia pasca pendarahan.
b. Gastritis kronis
Memiliki
tanda dan gejala:
Nyeri
ulu hati, anoreksia, nausea dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan.
6. Evaluasi Diagnostik
a.
Gastritis
Akut
Tiga cara dalam menegakkan diagnosis, yaitu gambaran klinis,
gambaran lesi mukosa akut di mukosa lambung
berupa erosi atau ulkus dangkal dengan tepi rata. Pada endoskopi saluran
cerna bagian atas lebih sensitif dan spesifik untuk diagnosis kelainan akut
lambung.
b. Gastritis Kronis
Gastritis tipe A dihubungkan dengan Aklorhidria dan
Hipoklorhidria (kadar asam hidroklohidria tidak ada atau rendah) sedangkan
gastritis tipe B dihubungkan dengan Hiperklorhidria (kadar tinggi dari
hodroklorhidria). Diagnosis dapat ditentukan dengan endoskopi, sedangkan
pemeriksaan sinarX dan pemeriksaan histologis. Tindakan diagnosis untuk
mendeteksi H.Pylory mencakup serologis untuk antibody terhadap antigen H.
Pylory dan pernafasan.
7. Komplikasi
a.
Gastritis
akut
Pendarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa
hematemesis dan melena, dapat berakhir dengan shock hemoragik. Khususnya untuk
pendarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptic. Gambaran klinis yang
diperlihatkan hampir sama namun pada tukak peptic.
Penyebab utamanya adalah infeksi H. Pylory sebesar 100% pada
tukak duodenum dan 60-90% pada tukak lambung.
b. Gastritis Kronis
Pendarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan
anemia karena gangguan absorbsi Vitamin B12.
8. Penatalaksanaan
a.
Gastritis
akut dapat diatasi dengan menghilangkan etiologinya. Diet lambung dengan porsi
kecil dan sering. Apabila gejala menetap cairan perlu diberikan secara
parenteral. Bila pendaraan terjadi maka penatalaksanaannya adalah serupa dengan
prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal. Bila gastritis
diakibatkan oelh mencerna makanan yang terlalu asam atau alkali. Pengobatan
terdiri dari pengenceran dan penetralan agen penyebab.
Ø Untuk menetralisasi asamsx
Digunakan
antasida umum (misalnya alumunium hidrosida). Untuk menetralisasi alkali
digunakan intravena bahan yang cukup encer.
Ø Bila korasi lurus atau berat karena berbagai terapi
pendukung mencakup intubasi analgesik dan sedatif, antasida serta cairan
intravena endoskopi, fiberoptik, mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren
atau jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau sekresi lambung mungkin diperlukan
untuk mengatasi obstruksi pylorus.
b. 2. Gastritis Kronis diatasi dengan
modifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stress, mengurangi
stress dan memulai farmakoterapi. H. pylory dapat diatrasi dengan anibiotik
(seperti tetrasiklin atau amoksilin) dan garam bismuth (pepto-bismol). Pasien
dengan gastritis tipe A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B12 yang
disebabkan dengan adanya antibody terhadap faktor intrinsik.
B. Nursing Care Plan
1. Pengkajian
Pengumpulan dara subyektif dan obyektif sebelum melakukan
tindakan keperawatan.
a.
Pengkajian
pola kesehatan fungsional
1. Riwayat pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan.
Pengetahuan
tentang penyakit dan pemeliharaan kesehatan selama ini.
2. Pola pemenuhan nutrisi metabolik
ü Program diet RS
ü Intake makanan dan cairan
3. Pola Eliminasi
ü Buang air besar
ü Buang air kecil
ü Karakteristik feses dan urine
4. Pola aktivitas dan latihan
ü Bernafas (pernafasan klien)
ü Sirkulasi (Mekanisme Kardio Pulmoner)
ü Aktivitas / Mobilitas
ADL
= makan, berpakaian, mandi, mobilitas umum, berhias, eliminasi, memasak.
5. Pola tidur dan istirahat
Lama tidur, gangguan tidur, pengawasan saat bangun
6. Pola Persepsi kognitif
ü Pandangan klien tentang sakitnya
ü Kecemasan
ü Konsep diri
7. Pola persepsi Konsep Diri
ü Pandangan klien tentang sakitnya,
kecemasan, konsep diri
8. Pola peran dan hubungan
ü Komunikasi hubungan dengan orang
lain, kemampuan keuangan
9. Pola Seksualitas dan Reproduksi
ü Fertilisasi, libido, menstruasi,
kontrasepsi
10. Pola Koping dan Toleransi Stress
ü Perubahan/kemampuan klien dalam
bertahan terhadap situasi sepanjang hidupnya
11. Pola nilai dalam kepercayaan
ü Pandangan klien tentang agama dan
kegiatan keagamaan.
2. Diagnosa Keperawatan
A.
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
v Definisi = Ketidakcukupan masukan nutrisi untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme.
v Batasan karakteristik:
·
BB 20%
atau lebih dibawah ideal
·
Kelemahan
otot yang dibutuhkan untuk menelan atau mengunyah
·
Cepat
kenyang setelah mencerna makanan
·
Laporan
masukan makanan kurang dari target harian yang dianjurkan
·
Konjungtiva
dan membran mukosa pucat
·
Misconception
·
Kehilangan
berat badan dengan adanya masukan makanan adekuat
·
Keengganan
untuk makan.
·
Kram perut
·
Kesehatan
otot menurun
·
Nyeri
perut dengan atau tanpa patologi
·
Kurang
ketertarikan makanan
·
Diare
·
Kehilangan
rambut terlalu banyak
·
Suara isi
perut hiperaktif
·
Misinformasi
/ kurang informasi
v Faktor yang berhubungan
Ketidakmampuan
dalam mengunyah, mencerna makanan dan mengabsorbsi nutrien yang seharusnya
karena faktor biologi, psikologi atau ekonomi.
v Tujuan
Kebutuhan
nutrisi pasien terpenuhi setelah dilakukan perawatan selama… hari
v Kriteria hasil
Status nutrisi = intake
nutrisi.
Indikator
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
o Masukan kalori
o Masukan protein
o Masukan lemak
o Masukan vitamin
o Masukan mineral
o Masukan kalsium
|
Keterangan :
- Tidak adekuat
- Agak adekuat
- Sedang
- Hampir adekuat
- Sangat adekuat
v Intervensi
1. Manajemen nutrisi
a.
Berikan
pengganti gula
b. Anjurkan peningkatan kalori,
mineral, protein dan vitamin C
c.
Anjurkan
penyediaan kalori yang tinggi untuk tubuh
d. Kolaborasi dengan ahli gizi
2. Terapi Nutrisi
a.
Anjurkan
peningkatan makanan yang tinggi kalsium
b. Monitor masukan makanan dan cairan
c.
Anjurkan
peningkatan makanan dan cairan yang tinggi potassium
d. Anjurkan membersihkan mulut sebelum
makan
e.
Anjurkan
pasien dan keluarga tentang diet yang ditentukan
B.
Resiko
Kekurangan Volume Cairan
Ø Definisi : resiko mengalami
dehidrasi vaskuler, seluler dan intrasel
Ø Faktor resiko:
-
Faktor
yang mempengaruhi kebutuhan cairan (status hipermetabolik)
-
Pengobatan
duretiks)
-
Kehilangan
cairan melalui jalur abnormal
-
Kurangnya
pengetahuan tentang volume cairan
-
Banyaknya
kehilangan cairan melalui jalur normal (diare, muntah-muntah)
-
Usia
lanjut
Ø Tujuan
Cairan
intrasel dan ekstrasel dalam tubuh klien simbang setelah perawatan selama…..
hari.
Ø Kriteria hasil
Keseimbangan cairan
indkator
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
‘
TD IER
‘
Tekanan
‘
Arteri
rata-rata IER
‘
Tekanan
vena sentral IER
‘
Keseimbangan
intake dan output dalam 24 jam tidak ada tambahan suara nafas
‘
Berat
badan stabil
‘
Tidak
ada edema peripenal
‘
Tidak
terjadi kebingungan
‘
Tidak
terjadi haus yang abnormal
‘
Hidrasi
kulit
‘
Membran
mucus bawah
‘
Elektrolit
serum dalam batas normal
‘
Hematokrit
dalam batas normal
|
Keterangan
:
1. Sangat dikompromi
2. Sering dikompromi
3. Kadang dikompromi
4. Jarang dikompromi
5. Tidak dapat dikompromi
Ø IER = dalam tingkat/ nilai yang diharapkan
Ø Intervensi
a. Manajemen elektrolit
‘
Monitor
elektrolit serum abnormal
‘
Monitor
manifestasi keseimbangan cairan
‘
Berikan
cairan
‘
Pertahankan
keakuratan intake dan output
‘
Berikan
elektrolit tambahan (oral, NET,IV) sesuai resep
‘
Irigasi
NGT dengan normal saline
‘
Ajarkan
pasien dan keluarga tentang tipe, penyebab, treatment dalam keseimbangan
cairan.
b. Manajemen cairan
‘
Plamot
gejala
‘
Plamot
vital
‘
Naikan
masukan lewat oral
c. Terapi intervena
‘
Berikan
cairan IV temperatur ruang
‘
Monitor
kelebihan cairan dan reaksi fisik
‘
Gatal
intake dan output
C.
Nyeri Akut
Ø Definisi: mengalami sensasi dan
emosi yang tidak menyenangkan yan timbul dari kerusakan jaringan aktual/
potensial/ digambarkan dalam istilah seperti kerusakan (intestional association
for the study of pain). Serangannnya tiba-tiba atau perlahan dalam intensitas yang
banyak dari lembut/ hebat dengan/ tanpa didahului/ diakhiri tanda-tanda dan
durasinya kurang dari 6 bulan.
Ø Batasan karakterisitik
-
laporan
verbal
-
tanda-tanda
terlihat
-
posisi
nyaman untuk mengurangi nyeri
-
tingkah
laku melindungi
-
sikap-sikap
melindungi
-
raut muka
-
perubahan
dalam nafsu makan dan makan
-
gangguan
tidur
-
fokus dini
-
tindakan
distraksi
-
respon
otonom (diaporesis; perubahan TD, N, R; dilatasi pupil)
-
focus
terbatas
-
kelakuan
expressive (kelelahan, menangis, merintih)
Ø Faktor yang berhubungan
Agen injuri (biologi, fisik, kimia, psikologi)
Ø Tujuan
Klien mampu mengontrol nyeri setelah perawatan selama….
Hari.
Ø Kriteria hasil
Mengontrol nyeri
Manajemen
lingkungan = nyaman
-
Sediakan
tempat tidur yang bersih dan nyaman
-
Atur suhu
ruangan agar individu lebih nyaman jika memungkinkan
-
Batasi pengunjung
-
Fasilitasi
pasien untuk mendapatkan posisi nyaman
Indikator
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
§ Kenali faktor penyebab nyeri
§ Mengurangi durasi nyeri
§ Menggunakan pengukuran preventif
§ Menggunakan analgesik yang sesuai
§ Menggunakan pengukuran keringanan
non analgesik
§ Mengenali gejal-gejala nyeri
§ Melaporkan dapat mengontrol nyeri
|
Keterangan
:
1. Tidak pernah didemonstrasikan
2. Jarang didemonstrasikan
3. Kadang didemonstrasikan
4. Sering didemonstrasikan
5. Selalu didemonstrasikan
Ø Intervensi
a. Manajemen nyeri
ü Observasi ketidaknyamanan isyarat
non verbal, khususnya saat tidak dapat berkomunikasi dengan efektif
ü Kontrol faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi ketidaknyamanan respon pasien (suhu, ruangan dan kegaduhan)
ü -Ajarkan pasien untuk memonitor
nyerinya dan untuk mengurangi secara tepat
ü -Ajarkan menggunakan teknik non
farmakologikal (tanpa obat), seperti : biofeedback, relaksasi, massage).
Sebelum, setelah dan jika mungkin selama nyeri
ü Kolaborasi dengan pasien dan
professional kesehatan lainnya untuk memilih dan melakukan pengurangan nyeri
secara non farmakologikal
ü Pastikan pretreatment analgesik dan
strategi non farmatologi sebelum nyeri
ü Ajarkan pasien membicarakan nyeri
yang dialami
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth, Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2, Jakarta : EGC. 2002.
Johnson Marion, Maas Merydeon,
Moorhead Sue. Nursing out Comes Classification (NOC), Mosby, inc. 2002.
Mansyoer Arief, Kapita Selekta
Kedokteran Jilid I. Jakarta, Media Rescillapius. 1999.
Shella Sparks Ralph, Martha Craft –
Rosenberg, Leam Scroggins, Barbara Vassalo, Judith Warren, , Nursing
Diagnoses, Definitions, Definitions Dan Classification (NANDA).
Philadelphia. 2005-2006.
Mc Closkey, G. Joanne dan bulechek
M. Gloria, Nursing Interventions Classifications (NIC) Mosby – Yearbook.
Inc. 1996.
Read more: http://perawatmasadepanku.blogspot.com/2012/09/laporan-pendahuluan-gastritis.html#ixzz2RkTrRp5y
Tidak ada komentar:
Posting Komentar