LAPORAN
PENDAHULUAN BAYI BARU LAHIR NORMAL
1.
Fisiologi Neonatus.
Fisiologi neonatus ialah ilmu yang
mempelajari fungsi dan proses vital neonatus, yaitu satu organisme yang sedang
tumbuh, yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari
kehidupan ekstra uteri, tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi yaitu
maturasi, adaptasi dan toleransi.
1)
Respirasi Neonatus.
Selama dalam uterus, janin
mendapat oksigen dari pertukaran gas harus melalui paru bayi. Sebelum terjadi
pernafasan, neonatus dapat mempertahankan hidupnya dalam keadaan anoksia lebih
lama karena ada kelanjutan metabolisme anaerob. Rangsangan untuk gerakan
pernafasan pertama ialah tekanan mekanis dari toraks sewaktu melalui jalan
lahir. Penurunan PaO2 dan kenaikan PaCO2 merangsang
kemoreseptor terletak disinus karotikus, rangsangan dingin di daerah muka dapat
merangsang permulaan gerakan pernafasan. Refleks deflasi, hering breus, selama
ekspirasi, setelah inspirasi dengan tekanan positif, terlihat suatu inspiratory
gasp. Respirasi pada masa demalus terutama diafragmatik dan abdominal dengan
biasanya masih tidak teratur dalam hal frekuensi dan dalamnya pernafasan,
setelah paru berfungsi, pertukaran gas dalam paru sama dengan pada orang
dewasa, tetapi oleh karena bronchiolus relatif kecil, mudah terajadi air
tropping.
2)
Jantung Dan Sirkulasi.
Pada masa fetus darah plasenta
melalui vena umbilikalis sebagian ke hati, sebagian langsung ke serambi kiri
jantung kemudian ke bilik kiri jangtung, dari bilik darah dipompa melalui aorta
ke seluruh tubuh. Dari bilik kanan darah dipompa sebagian ke paru dan sebagian
melalui duktus arteriosus aorta. Setelah bayi lahir paru akan berkembang
mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara fungsional, hal ini terjadi pada
jam-jam pertama, setelah kelahiran. Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi
oleh sejumlah darah yang melalui transfusi plasenta dan pada jam-jam pertama
sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40
mmHg.
3)
Traktus Digestivus.
Traktus digestivus pada neonatus
relatif lebih berat dan panjang dibandingkan orang dewasa. Pada neonatus
traktus digestivus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri
dari mukopolisakarida dan disebut mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya dalam
10 jam pertama. Dan dalam 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna
biasa. Enzim traktus digestivus biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali
amilase pankreas, aktifitas lipase telah ditemukan pada fetus 7 – 8 bulan.
4)
Hati Dan Metabolisme.
Segera setelah lahir hati
menunjukan perubahan biokimia dan morfologis, yaitu kenalkan kadar protein dan
penurunan kadar lemak dan glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang
walaupun memakan waktu agak lama. Luas permukaan neonatus terlahir lebih besar
daripada orang dewasa, sehingg metabolisme basal per kg BB lebih besar, pada
jam pertama energi didapatkan dari pembakaran karbohidrat. Pada hari kedua
energi berasal dari pembakaran lemak, setelah mendapatkan susu lebih kurang
pada hari keenam, energi 60 % didapatkan dari lemak dan 40 % dari karbohidrat.
5)
Produksi Panas.
Bila suhu sekitar turun, ada 3
cara tubuh untuk meninggikan suhu, yaitu: aktifitas otot, shivering, non
shivering thermogenesis (NST). Pada neonatus cara untuk meninggikan suhu
terutama dengan NST, yaitu dengan pembakaran ‘ Brown Fat ‘ yang memberikan
lebih banyak energi per gram dari pada lemak biasa.
6)
Keseimbangan Air Dan Fungsi Ginjal.
Tubuh bayi baru lahir mengandung
relatif banyak air dan kadar natrium relatif lebih besar daripada kalium. Hal
ini menandakan bahwa ruangan ekstraselular luas. Fungsi ginjal belum sempurna
karena jumlah nefron matur belum sebanyak orang dewasa, ada ketidakseimbangan
antara luas permukaan glomerolus dan volume tubulus proksimal ‘ Renal Blood
Flow ‘ pada neonatus relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.
7)
Kelenjar Endokrin.
Selama dalam uterus fetus
mendapatkan hormon dari ibu, pada waktu bayi baru lahir kadang-kadang hormon
tersebut masih berfungsi. Misalnya dapat dilihat pembesaran kelenjaran air susu
pada bayi laki-laki ataupun perempuan. Kadang-kadang dapat dilihat ‘ With
Drawal ‘ misalnya pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid pada
bayi perempuan, kelenjar tyroid sudah sempurna terbentuk sewaktu lahir dan
sudah mulai berfungsi sejak beberapa hari sebelum lahir.
8)
Susunan Saraf Pusat.
Sewaktu lahir fungsi motorik
terutama ialah subkortikol. Setelah lahir jumlah cairan otak berkurang
sedangkan lemak dan protein bertambah.
9)
Imunoglobulin.
Pada neonatus tidak terdapat sel
plasma pada sum-sum tulang dan lamina proprianeum dan apendiks plasenta
merupakan sawar sehingga fetus bebas dari antigen dan stress imunologis. Pada
bayi baru lahir hanya terdapat globulin gamma G, yaitu imunologi dari ibu yang
dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil, tetapi bila ada infeksi
yang dapat melalui plasenta seperti illeus, taksoplasma, herpes simpleks dan
penyakit virus lainnya, reaksi imunologi dapat terjadi dengan pembentukan sel
plasma dan anti body gamma A, gamma G, gamma M, imunologi dalam kolostrum
berguna sebagai proteksi lokal dalam traktus digestivus, misalnya terhadap
beberapa strain E. Colli.
2.
Pemeriksaan Fisik Neonatus.
Tujuan pemeriksaan fisik neonatus
segera setelah lahir ialah untuk menemukan kelainan yang segera memerlukan
pertolongan dan sehingga dasar untuk pemeriksaan selanjutnya. Sebelum memeriksa
neonatus sebaiknya pemeriksaan mengetahui riwayat kehamilan dan persalinan.
1)
Keadaan Umum.
a)
Keaktifan.
Bila bayi diam, mungkin bayi
sedang tidur nyeyak atau mungkin pula ada defresi susunan saraf pusat karena
obat atau karena sesuatu penyakit. Bila bayi bergerak aktif dipertahankan
apakah pergerakan itu simetris atau tidak. Keadaan yang asimetris dapat dilihat
misalnya pada keadaan patah tulang, kerusakan
saraf, leukosia
dsb.
b)
Keadaan Gizi
Dapat dinilai dari berat badan,
panjang badan, dan kerut pada kulit, ketegangan kulit hati-hati terhadap edema,
karena dapat disangka gizi baik.
c)
Rupa.
Kelainan kongenital tertentu
sering sudah dapat dilihat pada rupa neonatus. Misal sindrom down, kretinisme,
agenesis ginjal bilateral dsb.
d)
Posisi.
Sering bergantung pada letak
presentase janin intravena. Posisi yang biasa ialah dalam keadaan fleksi
tungkai dan lengan.
e)
Kulit.
Normal warna kulit ialah
kemerah-merahan, dilapis oleh verniks caseosa yang melindungi kulit bayi dan
terdiri dari campuran air dan mineral dan mengandung sebum lainnya. Sel
peridermal dan debis lain. Warna kulit menggambarkan beberapa keadaan misalnya
warna pucat terdapat anemia, renjatan, warna kuning terdapat pada
inkompatibilitas antara darah ibu dan bayi, sepsis. Warna biru ditemukan pada
aspiksia livida. Kelainan jantung kongenital dengan pirau dari kanan dan kiri.
2)
Kepala Dan Leher.
Tulang kepala sering menunjukan
“moulage” yaitu tulang parietal biasanya berhimpitan dengan tulang oksipitas
dan frontal, sehingga mengukur lingkaran kepala sebaiknya ditunggu setelah
“moulage” itu hilang, lingkaran kepala besar ialah melalui glabela dan
oksipitalis biasanya antara 33 – 38 cm. Perhatikan juga kaput
suksdanium,perdarahan, subaponeurotik, hematoma cepal.
BAYI BARU LAHIR NORMAL
1.
Pengertian.
Bayi baru lahir normal adalah bayi
yang lahir pada umur 36 minggu sampai 42 minggu dengan berat badan lahir 2500 –
4000 gram.
2.
Spesifikasi Bayi Baru Lahir Normal.
1)
Initial ukuran dan vital sign.
Panjang
: Ukuran bokong 31 – 55, kepala sampai tumit 48 – 53 cm.
Berat
: 2500 – 4000gram.
Suhu
: Ketiak = 36,5 – 37 ‘C.
Rektum = 35,5 – 37,5 ‘C.
Denyut
Jantung : 110 – 160 x/m.
Respirasi
: 40 – 60 x/m.
2)
Kulit.
Kelihatan lembut, halus, hampir transparan, elastis,
bermukan merah, vernik caseosa dan lanuno sedikit.
3)
Kepala.
Kepala fleksi ke dada, tengkorak bertingkat, lembut,
fontanella mayor 3 – 6 cm, fontanella minor 1 – 2 cm.
4)
Leher.
Pendek dan lurus, bayi yang tiarap dapat menahan
leher, dengan memutar kepala dengan satu sisi lainnya, bayi yang dalam posisi
duduk memperlihatkan kemampuan sementara waktu untuk menegakkan kepala. Lingkar
kepala
OB = 35 cm, OS = 34 cm, OK = 32 cm.
5)
Mata.
Pupil berbentuk bulat, respon terhadap cahaya
langsung bereaksi.
6)
Telinga.
Respon terhadap suara nyaring dengan terkejut,
membran timpani terlihat suram.
7)
Hidung, tenggorokan, dan mulut.
Bayi bernafas dengan hidung, dapat bersin dan
menangis dengan kuat, lidah terletak digaris tengah mulut, palatum lengkap,
refleks isap baik.
8)
Dada dan paru.
Lingkar dada 30,5 – 33 cm, diameter anterior
posterior dan lateral adalah sama, ujung xipoie anterior menonjol pada puncak
dari sudut iga, pernafasan perut 40 –
60 x/m. sebentar lambat dangkal atau dalam dan cepat dengan periode apneu 6 –
15 detik, suara nafas jelas, nyaring, bronchovesikuler dan hipersonan,
terkadang payudara mengeluarkan sekret.
9)
Punggung dan ekstrimitas.
Tangan dan kaki mempunyai ukuran, bentuk dan letak
yang simetris, tubuh fleksi dan kedua tangan menggenggam, tulang belakang lurus
saat berbaring dan menapak pada posisi berbaring telungkup “seperti huruf C”
punggung stabil dan tidak terjadi dislokasi, tonus otot baik terutama ketahanan
terhadap posisi fleksi yang berlawanan dan rentang penuh sendi utama.
10)
Jantung.
Mengikuti kecendrungan pernafasan, denyut jantung
110 – 160 x/m, bunyi jantung jelas dan teratur, frekuensi tidak teratur, PMI
mungkin terlihat dari interkosta ke 4 kiri dan garis midklavikula, S1 lebih
nyaring, S2 pada puncak dan S2 lebih nyaring dari S1 di daerah pulmonal.
11)
Perut.
Lunak dengan bentuk silinder, menonjol, pada
permukaan perut terlihat permukaan vena, ujung umbilikal kering dan agak gelap,
liver teraba kenyal, ujung tajam / halus, 1 – 2 cm dibawah kosta iga kanan,
ujung lien sepanjang pinggir dari sudut kuadran kiri atas, ginjal bisa
dipalpasi dalam dengan menekan sekitar 1 – 2 cm diatas umbilikal.
12)
Genetalia wanita dan pria.
Labia mayora menutup labia minora, klitoris sudah
agak tetutup. Pada pria glans plenis ditutupi oleh kulit dimana terdapat
saluran uretra, tertis sudah dalam skrotum, urin terlihat jernih.
13)
Rektum.
Anus ada, mekonium ada, refleks anus jelas.
3.
Perawatan Bayi Baru Lahir.
1)
Pencegahan hipotermia.
♦
Kurangi / hilangkan sumber-sumber kehilangan panas pada bayi.
♦
Pantau suhu bayi.
2)
Pemenuhan nutrisi.
♦
Rawat gabung dan ASI ekslusif yang adekuat.
3)
Pencegahan aspirasi.
♦
Tehnik menyusui yang baik.
♦
Bersihkan sekresi dari mulut dan tenggorokan.
♦
Ebservasi vital sign dan keadaan umum.
4)
Pencegahan infeksi.
♦
Perawatan yang steril.
♦
Personal hygent.
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR
1.
Biodata.
1)
Identitas bayi.
2)
Identitas orang tua.
2.
Riwayat Kesehatan.
1)
Riwayat penyakit sekarang.
Cara lahir, apgar score, cara lahir, kesadaran.
2)
Riwayat perinatal.
Lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan.
3)
Riwayat persalinan.
Cara persalinan, trauma persalinan.
3.
Pemeriksaan Fisik.
1)
Keadaan umum.
♦
Kesadaran.
♦
Vital sign.
♦
Antropometri.
2)
Kepala.
Apakah ada trauma persalinan, adanya caput, chepal
hematom, tanda forcep.
3)
Mata.
Apakah ada katarak, neonatal, btenorhoe.
4)
Sistem gastrointestinal.
Apakah palatum keras dan lunak, apakah bayi menolak
untuk disusui, muntah / distensi abdomen, stomatitis, BAB.
5)
Sistem pernafasan.
Apakah ada kesulitan bernafas, takipneu, bradipneu,
teratur / tidak, bunyi nafas
6)
Tali pusat.
Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi,
keadaan dan jumlah pembuluh darah ( 2 arteri, 1 vena ).
7)
Sistem genitourinaria.
Apakah hipospadia, epispadia, testis, BAK,
8)
Ekstrimitas.
Cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah, bengkak,
posisi / postur normal / abnormal.
9)
Sistem muskuluskletal.
Tonus otot, kekuatan otot, kaku ?, lemah ?,
asimetris.
10)
Kulit
Pustula, abrasi, ruam ptekie.
4.
Pemeriksaan Fisik.
1)
Apgar Score.
2)
Frekuensi kardiovaskuler.
Apakah takikardi, bradikardi / normal.
3)
Sistem neurologis.
Refleks moro = tidak ada, asimetris / hiperaktif.
4)
Refleks mengisap = kuat / lemah.
Refleks menjejak = baik / buruk.
Koordinasi refleks menghisap dan menelan.
5.
Pemeriksaan Laboratorium.
1)
Sampel darah tali pusat.
2)
Jenis ketonuria.
3)
Hematokrit.
6.
Diagnosa Keperawatan.
1)
Resiko hipotermi b.d transisi lingkungan ekstra uterus.
2)
Resiko infeksi b.d sistem imun yang belum sempurna, peningkatan kerentanan
bayi.
3)
Resiko terhadap aspirasi.
7.
Tujuan Dan Kriteria.
1)
Hipotermi tidak terjadi dengan kriteria:
♦
Suhu 36,5 ‘C – 37,2 ‘C.
♦
Tubuh kemerahan, tidak pucat.
2)
Infeksi tidak terjadi dengan kriteria:
♦
Tidak ada tanda-tanda infeksi pada mata, kulit dan tali pusat.
♦
Bayi bebas dari proses infeksi nosokomial
3)
Aspirasi tidak terjadi dengan kriteria:
♦
Pernafasan normal.
♦
Sianosis (-).
8.
Intervensi Keperawatan.
1)
Diagnosa I.
♦
Kurangi / hilangkan sumber-sumber kehilangan panas pada bayi.
♦
Pantau suhu bayi tiap hari.
♦
Ajarkan keluarga tanda-tanda hipotermi, dingin, pucat.
2)
Diagnosa II.
♦
Lakukan semua tindakan perawatan dengan steril anti septik.
♦
Observasi mata setiap hari, bersihkan dengan air steril / garam fisiologis.
♦
Pertahankan kulit terutama lipatan-lipatan selalu bersih dan kering.
♦
Observasi talu pusat dan identifikasi peradangan.
♦
Jaga personal hygent bayi.
♦
Minimalkan perawatan tinggal di RS.
♦
Ajarkan keluarga mengenal penyebab, resiko, tanda dan cara pencegahan, infeksi.
3)
Diagnosa III.
♦
Bersihkan sekresi dari mulut dan tenggorokan dengan tissue penghisap secara
perlahan.
♦
Ajarkan tehnik menyusui yang benar.
♦
Observasi vital sign dan keadaan umum.
DAFTAR
PUSTAKA
Pusdiknakes.
1995. Asuhan Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga. DepKes RI;
Jakarta.
Carpenito,
Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta; EGC
PENGKAJIAN
1.
Identitas Data.
a)
Identitas Bayi.
Nama
: By. R.
Jenis
Kelamin
: Perempuan.
No
RMK
: 51 55 69.
Anak
Ke
: 2
b) Identitas Orang Tua.
Nama
ibu : Ny. R.
Umur
: 35 th.
Alamat
: Jl. Rantauan.
Pendidikan
: SPd.
Pekerjaan
: Guru SMP.
Agama
: Islam.
Nama
ayah : Tn. A.
Umur
: 36 th.
Alamat
: Jl. Rantauan.
Pendidikan
: S1 Biologi.
Pekerjaan
: Guru SMU.
Agama
: Islam.
2.
Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran.
1)
Pre Natal.
Ibu klien mengatakan memeriksakan kehamilan ( ANC )
sebanyak 3 kali di puskesmas ( bulan ke 2, 6, 8 ) ibu mendapatkan imunisasi TT.
Tidak ada keluhan atau penyakit yang dirasakan ibu.
2)
Intra Natal.
Klien lahir tanggal 05 februari 2004 jam 00.10 dan
masa gestasi 42 minggu, status gestasi G2 P2 A0, klien dilahirkan secara
spontan dengan posisi belakang kepala yang ditolong oleh bidan Ety N di RSUD
Ulin Banjarmasin.
3)
Post Natal.
Keadaan umum saat lahir = bayi tidak langsung
menangis, gerak kurang aktif, kulit kemerahan, ekstrimitas kebiruan dan nilai
apgar 5 – 6 – 8 , jenis kelamin wanita, BB = 4100 gram, PB = 52 cm.
3.
Genogram.
|
|
||||
|
Keterangan:
= Laki-laki.
= Perempuan.
= Klien.
4.
Kebutuhan Dasar.
1)
Status hidrasi dan nutrisi.
Masukan cairan melalui ASI on demand. Refleks hisap
menelan bayi baik.
2)
Istirahat dan tidur.
Bayi tampak sering mengantuk dan tidur lelap.
3)
Personal hygent.
Mandi 2 x/hr, kasa penutup tali pusat selalu diganti
setelah mandi.
4)
Eliminasi.
Pengeluaran urin dan mekonium ( + ).
5.
Pemeriksaan Fisik.
1)
Keadaan Umum.
Kesadaran compos mentis, TTV: TD : -, HR: 154 x/m,
R: 45 x/m, S: 36,8’C.
Pemeriksaan antropometri:
BB: 4100
gram. Lingkar
kepala: OB: 41, OS: 37, OK: 31.
PB: 52 cm.
Lingkar dada: 35 cm.
2)
Kulit.
Warna kulit kemerahan, turgor kulit baik (kulit
kembali kurang dari 3 dtk setelah dicubit), capilary repailling time (CRT)
kurang dari 3 dtk, vernik caseosa sudah dibersihkan, warna kulit tidak joundis
dan sianosis, suhu kulit 36,8 ‘C.
3)
Kepala dan Leher.
Tidak terdapat caput dan chepal hematom, tidak
terdapat mikrosepal dan hidrosepalus, tidak terdapat moulage, lingkar kepala
OB: 41, OS: 37, OK: 31.
Bentuk kepala dan leher normal.
4)
Mata.
Posisi kedua mata simetris, sekret tidak ada, sklera
tidak ikterik, reaksi pupil mengecil terhadap cahaya, konjunctiva tidak anemis,
tidak ada strabismus.
5)
Hidung.
Tampak simetris, tidak terlihat sekret dan polip,
tidak tampak peradangan dan pendarahan hidung.
6)
Telinga.
Struktur telinga kanan dan kiri simetris, tidak
terlihat adanya peradangan dan pendarahan dalam telinga , kebersihan telinga
baik.
7)
Mulut.
Warna mukosa mulut tampak merah, warna bibir merah,
refleks hisap baik, refleks menelan baik, tidak tampak peradangan dan
pendarahan pada gusi.
8)
Dada, pernafasan dan sirkulasi.
Frekuensi nafas 45 x/m, pergerakan diding dada
tampak simetris, irama pernafasan teratur, tipe pernafasan dada dan perut,
tidak ada batuk produktif, tidak terpasang oksigen, frekuensi nadi = 154 x/m.
9)
Abdomen.
Tali pusat terbungkus kasa steril, tidak ada asites
pada abdomen, dan tidak teraba pembesaran hati.
10)
Genetalia.
Jenis kelamin perempuan, tidak ada kelainan bentuk
vagina, pengeluaran urin dan mekonium ( + ).
11)
Ekstrimitas.
Ekstrimitas atas dan bawah tampak simetris, refleks
moro ( + ), rooting ( + ), graffs ( + ), tonus leher ( + ), sucking ( + ),
staffing ( + ), babinski ( + ), tidak ada fraktur, gerak aktif.
ANALISA DATA
No
|
Data
|
Masalah
|
Etiologi
|
1.
2.
|
DS :
-
DO:
♦
Kesadaran compos mentis.
♦
TTV: TD: -
S: 36,8 ‘C.
HR: 154 x/m.
R: 45 x/m.
♦
Antropometri:
BB: 4100 gram
PB: 52 cm.
Lingkar dada: 35 cm.
Lingkar kepala: OB: 41, OS: 37,
OK: 31
♦
Masa gestasi 42 minggu.
♦
Bayi menangis kuat, gerak aktif.
♦
Warna kulit kemerahan.
♦
Apgar score 5 – 6 – 8.
♦
Refleks moro (+), hisap (+), rooting (+)
DS :
-
DO:
♦
Kesadaran compos mentis.
♦
TTV: TD:
-
S: 36,8 ‘C.
HR: 154 x/m.
R: 45 x/m.
♦
Antropometri:
BB: 4100 gram
PB: 52 cm.
Lingkar dada: 35 cm.
Lingkar kepala: OB: 41, OS: 37,
OK: 31
♦
Pada tali pusat tidak ada kemerahan, bengkak, nyeri, demam dan gangguan
fungsi lokal.
♦
Warna kulit kemerahan.
♦
Apgar score 5 – 6 – 8.
♦
Refleks moro (+), hisap (+), rooting (+)
♦
Keadaan tali pusat tampak basah dan berwarna putih segar.
♦
Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat ( bau, pus, panas, kemerahan ).
♦
Tidak ada pendarahan
♦
Tali pusat terbungkus kasa
|
Resiko hipotermi
Resiko infeksi tali pusat
|
Regulasi suhu tubuh tak efektif
sekunder terhadap usia
Peningkatan kerentanan bayi
sekunder terhadap luka terbuka (umbilikus)
|
PROSES KEPERAWATAN
No
|
Dx
|
Perencanaan
|
||
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
||
1.
2.
|
I
II
|
Resiko tinggi hipotermi tidak
terjadi dalam 3 hari perawatan.
Kriteria evaluasi:
1)
Suhu tubuh bayi dalam batas normal
( 36,5 ‘C – 37,5 ‘C )
2)
Tidak terdapat tanda-tanda hipotermi (stress, dingin) seperti pucat, tremor,
kulit dingin, letargi dll
Resiko tinggi infeksi tidak
terjadi dalam 3 hari perawatan
Kriteria evaluasi:
1)
Suhu tubuh bayi dalam batas normal ( 36,5 ‘C – 37,5 ‘C ).
2)
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada tali pusat ( eksudat, bau,
pendarahan, basah, pus dll )
|
1)
Ukur suhu tubuh bayi baru lahir.
2)
Observasi tanda-tanda hipotermi ( stress, dingin ) seperti pucat, tremor,
kulit dingin, letargi dll.
3)
Berikan cairan oral dini pada bayi ASI on demand dan susu.
4)
Pertahankan suhu tubuh bayi dari pernafasan lingkungan.
♦
Mandikan bayi setelah 6 jam pertama dengan air hangat dan tidak terlalu lama,
keringkan segera.
♦
Olesi badan bayi dengan minyak telon.
♦
Beri pakaian hangat ( bahu –popok ).
♦
Selimuti (bedong) bayi dengan selimut hangat dan pasang kelambu pada ranjang.
♦
Letakkan keranjang bayi dilingkungan yang hangat tidak ber AC.
5)
Menjaga lingkungan sekitar dan tubuh bayi agar tetap kering.
♦
Mengganti kain popok yang basah oleh urin dan mekonium sesegera mungkin.
♦
Membersihkan pantat, genetalia, lipatan paha dan mengeringkan nya kemudian
ditaburi bedak
1)
Cuci tangan sebelum memasuki ruang perawatan bayi dan ingin memegang bayi.
2)
Rawat tali pusat dengan bahan anti septik.
3)
Ganti balutan tali pusat 2 x/hr.
4)
Observasi tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
5)
Jaga kebersihan lingkungan sekitar bayi.
6)
Pertahankan pemasukan ASI on demand.
7)
Pelihara peralatan individual dari bahan-bahan persediaan untuk bayi.
8)
Anjurkan menghindari kontak dengan anggota keluarga atau pengunjung yang
mengalami infeksi atau pain terpajan dari proses infeksi
|
1)
Mendeteksi penyimpangan suhu tubuh dari rentang normal dan suhu tubuh bayi
baru lahir biasanya berfluktuasi dengan cepat sesuai perubahan suhu
lingkungan.
2)
Hipotermi mengakibatkan peningkatan laju penggunaan O2 dan distres
pernafasan. Pendinginan juga mengakibatkan vasokonstriksi perifer ini
terlihat kulit menjadi pucat.
3)
Setiap peningkatan 1 ‘C suhu tubuh metabolisme dan kebutuhan cairan meningkat
kira-kira 10 %, kegagalan menggantikan kehilangan cairan selanjutnya
memperberat status hidrasi.
4)
Membantu mengurangi kehilangan panas melalui evaporasi dan konveksi serta
membatasi stress, akibat perpindahan lingkungan dari intrauterus ke
ekstruterus.
5)
Mencegah kehilangan panas melalui konduksi, dimana panas tubuh dipindahkan
dari kulit bayi baru lahir keobjek/ benda/permukaan yang lebih dingin dari
pada kulit bayi
1)
Mencuci tangan yang benar adalah faktor tunggal yang paling penting dalam
melindungi bayi dari infeksi dan meminimalkan introduksi bakteri dan
penyebaran infeksi.
2)
Memelihara dan mempertahankan kebersihan area luka serta mencegah terjadinya
infeksi.
3)
Mempertahankan balutan baru yang bersih guna menyerap cairan yang dikeluarkan
oleh tali pusat dan mencegah masuknya mikroorganisme kedalam tali pusat.
4)
Mengetahui secara dini adanya kemungkinan terjadinya infeksi pada tali pusat.
5)
Membuat suasana/lingkungan tidak cocok dengan daur hidup bakteri.
6)
Kolostrom dan ASI mengandung sekretorius IgA dalam jumlah tinggi yang
memberikan imunitas bentuk pasif serta makrofag dan limfosit yang membantu
mengembangkan respons inflamasi lokal.
7)
Membantu mencegah kontaminasi silang terhadap bayi melalui kontak langsung
atau infeksi.
8)
Karena neonatus lebih rentan bila dipajankan pada beberapa infeksi
|
No
|
Dx
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
1.
2.
|
I
II
|
Kamis, 05 februari 2004. (Pukul
11.00 WITA)
1)
Mengukur TTV:
R: 45 x/m.
N: 154 x/m.
S: 36,8 ‘C.
2)
Mengukur Antropometri.
BB: 4100
gram. OB: 41 cm.
PB: 52
cm.
OS: 37 cm.
LD: 35
cm.
OK: 31 cm.
3)
Membedong bayi.
Kamis, 05 februari 2004. (Pukul
11.00 WITA)
1)
Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan dan memegang bayi.
2)
Mengobservasi tanda-tanda infeksi pada tali pusat bayi.
|
S :
♦
-
O :
♦
Pasien tampak merah pada wajah dan tubuhnya.
A :
♦
Masalah resiko hipotermi teratasi sebagian.
P :
♦
Intervensi diteruskan:
1)
Observasi TTV terutama suhu tubuh.
2)
Beri pakaian hangat / tebal (dibedong).
3)
Ganti pakaian jika pakaian basah.
S :
♦
-
O :
♦
Tidak tampak tanda-tanda infeksi (pus, bau, basah, pendarahan dan panas).
♦
Tali pusat tampak terbungkus kasa steril.
A :
♦
Masalah resiko infeksi teratasi sebagian.
P :
♦
Intervensi diteruskan:
1)
Ganti balutan tali pusat 2 x/hr sesudah mandi.
2)
Jaga kebersihan.
3)
Lakukan tehnik septik dan anti septik.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar