LAPORAN
PENDAHULUAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER
1. PENGERTIAN
Dengue Haemorrhagic Fever atau yang
sering disebut DHF adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus Dengue
yang dapat ditandai dengan adanya manifestasi perdarahan dari tendensi
untuk terjadinya Dengue Syok Syndrome (DSS) dan kematian.
2. ETIOLOGI
Virus Dengue termasuk golongan ARBO
virus B. virus ini masuk pada tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypthi (betina). Virus dengue dibedakan atas empat serotive, yaitu:
- Virus Den 1
- Virus Den 2
- Virus Den 3
- Virus Den 4
Keempat serotive virus tersebut ada
di Indonesia. Dengue 3 merupakan serotive yang paling banyak beredar.
3. PATOFISIOLOGI
Fenomena patologis yang utama pada
penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang
mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstra seluler.
Hal pertama yang terjadi setelah
virus masuk kedalam tubuh penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita
mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh,
ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hiperemi tenggorokan dan
hal lain yang mungkin terjadi seperti hepatomegali, pembesaran getah bening dan
pembesaran limpa (splenomegali).
Hemokonsentrasi (peningkatan
>20%) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (pembesaran) plasma
(plasma leakage) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan
pemberian cairan intravena.
4. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis yang timbul
bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi antara 13-15 hari.
Penderita biasanya mengalami demam
akut (suhu meningkat tiba-tiba), disertai menggigil. Saat demam pasien
composmentis.
Gejala klinis lain yang timbul dan
sangat menonjol adalah terjadinya perdarahan yang dapat berupa:
- Perdarahan pada kulit (petekie,
ekimosis, hematom)
- Perdarahan lain seperti
epistaksis, hematemesis, hematuria dan melena.
Pada pasien Dengue Haemorhagic Fever
biasa dijumpai:
- Keluhan pada saluran pernafasan
seperti batuk , pilek, sakit waktu menelan
- Keluhan pada saluran pencernaan:
mual, muntah, tidak nafsu makan (anoreksia), diare, konstipasi.
- Keluhan sistem tubuh lain: nyeri
atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi (Break Bone Fever), nyeri
ulu hati, kemerahan pada kulit, dll.
Pada penderita Dengue Haemorrhagic
Fever sering dijumpai pembesaran hati (hepatomegali), limpa, dan kelenjar getah
bening yang akan kembali normal pada masa penyembuhan.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Foto Thorax (X-Ray)
Merupakan data penunjang untuk mengetahui kemungkinan
dijumpainya Pleura Efusion, pada pemeriksaan USG hepatomegali dan splenomegali
2. Pemeriksaan Serologi
Untuk pengukuran liter anti body pasien dengan cara
Haemaglutination Inhibition Test (HI Test) atau uji pengikatan komplemen dengan
mengambil darah vena 2-5 ml
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium akan didapatkan data seperti:
- b
(untuk mengetahui peningkatan hematokrit)
-
Leukosit
- emokonsentrasi
|
-
Trombosit
- Faktor
pembekuan
- LED
-
Eritrosit
|
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Tirah baring
2. Diet makanan lunak
3. Minum banyak (2-2,5 liter / 24
jam)
4. Pemberian cairan intravena
(biasanya Ringer Laktat atau NaCl Faali)
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3
jam
6. Monitor tanda-tanda perdarahan
lebih lanjut.
7. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN
INTERVENSI
1. Peningkatan suhu tubuh
(hipertermia) berhubungan dengan proses penyakit (viremia)
Intervensi:
- Kaji saat timbulnya demam
- Observasi tanda-tanda vital: suhu,
nadi, pernafasan setiap 3 jam atau lebih sering.
- Berikan penjelasan tentang penyebab
demam atau peningkatan suhu tubuh
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia
dan sakit saat menelan.
Intervensi:
- Kaji keluhan mual, sakit menelan
dan muntah yang dialami pasien
- Berikan makanan yang mudah ditelan
seperti: bubur, tim dan hidangkan saat masih hangat
- Menjelaskan manfaat makanan
/nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit.
3. Gangguan rasa nyaman; nyeri
berhubungan dengan mekanisme patologis (proses penyakit)
Intervensi:
- Kaji tingkat nyeri yang dialami
pasien dengan memberi rentang nyeri (0-4)
- Kaji faktor-faktor yang
mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri seperti budaya, pendidikan, dll.
4. Potensial terjadi infeksi
berhubungan dengan pemasangan infus.
Intervensi:
- Lakukan tekhnik aseptik saat
melakukan tindakan pemasangan infus
- Mengobservasi daerah pemesangan
infus setiap hari
- Amati kelancaran tetesan infus.
- Segera cabut infus jika tampak
adanya pembengkakan atau plebetis.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito L.J, 1999. “Diagnosa
Keperawatan dan Masalah Kolaboratif”.Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan. Edisi 2 Jakarta; EGC.
Doengoes E. Maryllin, 1999. “Rencana
Asuahan Keperawatan”. Edisi III. Jakarta; Buku Kedokteran. EGC
Harsono, 1996.” Kapita Selekta
Neurologi”. Jilid 1. Edisi 2. Yokyakarta; Fakultas Kedokteran. UGM.
Mansjoer. Arif, dkk, 1982.”
Kapita Selekta Kedokteran”. Jilid I. Edisi 3. Jakarta; FKUI
Tucker.S.M,dkk,1998.”Standar
Keperawatan Pasien”. Proses Keperawatan, Diagnosa dan Evaluasi. Edisi V.
Jakarta; Buku Kedokteran. EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar