Keperawatan

selamat datang diblog saya semoga bermanfaat
divine-music.info
divine-music.info

divine-music.info

Rabu, 03 September 2014

Laporan pendahuluan Kolestitis Kronik



LAPORAN PENDAHULUAN
KOLESTITIS KRONIK
1. PENGERTIAN
Kolestitis Kronik adalah reaksi inflamasi dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan. Hingga kini patogenesis penyakit yang cukup sering dijumpai ini masih belum jelas.
2. ETIOLOGI
Faktor yang mendorong / mempengaruhi timbulnya serangan kolestitis kronis adalah statis cairan empedu, infeksi kuman dan iskemia dinding kandung empedu. Penyebab utamanya adalah batu kandung empedu 90 % yang terletak di duktus sistikus yang menyebabkan statis cairan empedu, sedang sebagian kecil kasus timbul tanpa adanya batu empedu (kostitis akut akal kulus). Bagaimana statis di duktus sistikus dapat menyababkan kolestitis akut masih belum jelas.
Di perkirakan banyak faktor yang berpengaruh, seperti kepekatan cairan empedu, kolesterol, lisolisitin dan protagladin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu di ikuti oleh reaksi inflamasi dan supurasi (nanah karena bakteri piegon)
3. GEJALA KLINIS
Keluhan yang khas untuk serangan kolestitis adalah kolik perut disebelah kanan atas atau epigastrium dan nyeri tekan serta kenaikan suhu tubuh. Kadang-kadang rasa sakit menjalar ke pundak atau skapula kanan dan dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa reda. Berat ringannya keluhan sangat bervariasi tergantung dari adanya kelainan inflamasi yang ringan sampai dengan gangren atau perfarasi kandung empedu.
Pada kepustakaan berat sering dilaporkan bahwa pasien kolestitis akut umumnya wanita, gemuk, berusia diatas 40 tahun, tetapi menurut Lesmana L.A,dkk, hal ini sering tidak sesuai untuk pasien-pasien dinegara kita.
Pada pemeriksaan fisik teraba massa kandung empedu, nyeri tekan disertai tanda-tanda peritonitis lokal (tanda murphy).
Ikterus dijumpai pada 20 % kasus, umunya derajat ringan (bilirubin <>
4. MANIFESTASI KLINIS
1. Gangguan pencernaan, mual dan muntah
2. Nyeri perut kanan atas atau kadang-kadang hanya rasa tidak enak di epigastrium
3. Yang khas yaitu nyeri yang menjalar kebahu atau subkapula
4. Demam dan ikterus (bila terdapat batu di duktus koledikus sistikus)
5. Gejala nyeri perut bertambah bila makan banyak berlemak
Pada pemeriksaan fisis didapati tanda-tanda lokal seperti nyeri tekan dan defans muskular, kadang-kadang empedu yang membengkak dan diselubungi omentum dapat teraba, nyeri tekan disertai tanda-tanda pentanitis lokal. Tanda murphy terjadi bila inspirasi maksimal terhenti pada penekanan perut ke atas.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto polos abdomen tidak dapat memperlihatkan gambaran kolestitis. Hanya pada 15 % pasien kemungkinan dapat terlihat batu tidak tembus pandang (radiopak) oleh karena mengandung kalsium cukup banyak.
Kolesistografi oral tidak dapat memperlihatkan gambaran kandung empedu bila ada obstruksi sehingga pemeriksaan ini tidak bermanfaat untuk kolestitis akut. USG sebaiknya dikerjakan secara rutin karena sangat bermanfaat untuk memperlihatkan besar, bentuk penebalan dinding kandung empedu, batu dan saluran empedu ekstra hepatik. Nilai kepekatan dan ketepatan USG mencapai 90 -95 %.
Sxintigrafi saluran empedu mempergunakan zat radioaktif HIDA atau GGN TCG iminodiacetic mempunyai nilai sedikit lebih rendah dari USG tapi tekhnik ini tidak mudah terlihatnya gambaran duktus koledokus tanpa adanya gambaran kandung empedu pada pemeriksaan kolesistografi oral atau sentigrafi menyokong kolesistitis.
Pada pemeriksaan CT Scan abdomen dapat memperlihatkan adanya abses perikolesistik yang masih kecil yang mungkin tidak terlihat pada pemeriksaan USG.
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Konservatif pada keadaan akut
One. Bila penyakit berat, pasien perlu dirawat dan diberi cairan per infus.
Two. Istirahat tirah baring
Three. Puasa, pasang pipa Nasogastrik
Four. Analgesik, antibiotik
2. Bila gagal dengan pengobatan konservatif atau terdapat toksemia yang progresif perlu dilakukan kolesistektomi. Hal ini perlu untuk mencegah terjadinya komplikasi (gangren, perforasi, empiema, pankreatitis dam kalangitis)
Sebaiknya kolesistektomi dikerjakan pula pada serangan yang berulang-ulang
7. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan obstruksi /spasme duktus, proses inflamasi dan iskemia jaringan.
Intervensi:
- Observasi dan catat lokasi dan karakter nyeri (menetap, hilang timbul, kolik)
- Catat respon terhadap nyeri
- Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman.
- Kontrol suhu lingkungan
- Dorong menggunakan tekhnik relaksasi
Kolaborasi:
- Antikolinergik: Atropin, Propentelin (Pro-banthine)
- Sedatif: Fenobarbital
- Narkotik: Meperidin hidroklorida
- Monoktanoin
- Relaksasi otot halus
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengisapan gaster berlebihan; muntah, distensi, hipermotilitas gaster
Intervensi:
- Kaji membran mukosa / kulit
- Awasi tanda / gejala peningkatan, kram abdomen, kelemahan, kejang, kecepatan jantung tak teratur, hipoaktif / tidak adanya bising usus
- Hindarkan dari lingkungan yang berbau
- Lakukan kebersihan oral
Kolaborasi:
- Beri antiemetik: Compazine
- Kaji ulang pemeriksaan lab
- Beri IV, elektrolit dan Vit. K
3. Gangguan kebutuhan nutrisi; gangguan pencernaan lemak berhubungan dengan obstruksi aliran empedu
Intervensi:
- Kaji distensi abdomen
- Hitung pemasukan kalor, jaga komentar tentang nafsu makan sampai minimal.
- Berikan suasana menyenangkan pada saat makan
- Ambulasi dan tingkatkan aktifiats sesuai toleransi
Kolaborasi:
- Tambahkan diet sesuai toleransi, tinggi serat, rendah lemak
- Berikan gambaran empedu
- Awasi pemeriksaan lab
- Berikan dukungan nutrisi lokal sesuai kebutuhan

4. Gangguan rasa cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
Intervensi:
- Berikan penjelasan tentang prognosis
- Kaji ulang proses penyakit
- Anjurkan pasien untuk menghindari makanan /minuman tinggi lemak.

























DAFTAR PUSTAKA
Doengoes E. Maryllin, 1999. “Rencana Asuahan Keperawatan”. Edisi III. Jakarta; Buku Kedokteran. EGC
Mansjoer. Arif; Triyanti, Kuspuji; Savitri, Rakhmi; Wahyu, dkk, 1999.” Kapita Selekta Kedokteran”.Media Aescupalius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Syaifoellah H.M. Prof.dr, 1996.”Buku Ajar Penyakit Dalam”. Jilid 1a FKUI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar